Apakah seorang wanita boleh menjamak shalat pada hari pernikahannya?
Hendaklah wanita muslimah menjadikan shalat sebagai prioritas utamanya. Jangan menjadikan shalat sebagai perkara yang terpinggirkan. Jangan pula menjadikan riasan (makeup) di hari pernikahannya lebih penting daripada shalat. Tindakan ini mengesankan rendahnya perhatian terhadap ibadah shalat.
Padahal shalat merupakan rukun Islam yang paling penting setelah dua kalimat syahadat dan merupakan tiang agama Islam. Oleh sebab itu, seorang wanita harus memberi perhatian besar pada shalat.
Selain itu, jika ia punya perhatian besar pada shalat, melaksanakannya dan memohon taufik kepada Allah Ta’ala, maka diharapkan itu menjadi sebab taufik baginya dalam pernikahannya.
Janganlah ia memulai kehidupan rumah tangganya dengan kemaksiatan. Masuknya waktu shalat adalah syarat yang paling ditekankan dalam ibadah shalat.
Terkadang syarat-syarat, rukun-rukun, dan wajib-wajib shalat dapat gugur demi memenuhi syarat masuknya waktu shalat. Tidak boleh menjamak shalat tanpa uzur syar’i. Sekadar karena riasan pengantin wanita pada hari pernikahannya tidak dianggap sebagai uzur syar’i.
Pada hari pernikahannya, sebelum dirias, ia bisa berwudhu dulu, lalu menjaga wudhunya agar tidak batal. Lalu setelah matahari tenggelam, ia dapat langsung melaksanakan Shalat Maghrib.
Adapun Shalat Isya waktunya panjang. Waktu daruratnya berlangsung hingga sesaat sebelum terbitnya fajar, dan dia dapat melaksanakan Shalat Isya kapan pun di sepanjang waktu itu. Dengan kata lain, ia dapat melaksanakan Shalat Isya meskipun pada waktu daruratnya, Jika itu diperlukan pada keadaan tersebut.
Namun, jika ia hendak menjamak shalat, maka itu tidak dianggap sebagai alasan yang membolehkannya menjamak. Riasan (makeup) pada hari pernikahan bukan pembenaran untuk menjamak shalat.
====
هَلْ يَجُوزُ لِلْمَرْأَةِ الْجَمْعُ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فِي يَوْمِ زَوَاجِهَا؟
يَنْبَغِي لِلْمَرْأَةِ الْمُسْلِمَةِ أَنْ تَجْعَلَ الصَّلَاةَ أَوَّلَ اهْتِمَامَاتِهَا لَا تَجْعَلُ الصَّلَاةَ عَلَى الْهَامِشِ وَتَجْعَلُ زِينَتَهَا فِي يَوْمِ زَوَاجِهَا مُقَدَّمَةً عَلَى الصَّلَاةِ هَذَا يُشْعِرُ بِقِلَّةِ الِاهْتِمَامِ بِهَذِهِ الْعِبَادَةِ
الَّتِي هِيَ آكَدُ أَرْكَانِ الْإِسْلَامِ بَعْدَ الشَّهَادَتَيْنِ وَالَّتِي هِيَ عَمُودُ دِينِ الْإِسْلَامِ فَعَلَى الْمَرْأَةِ أَنْ تَهْتَمَّ بِهَذِهِ الْعِبَادَةِ
وَأَيْضًا إِذَا اهْتَمَّتْ بِهَذِهِ الْعِبَادَةِ وَأَدَّتِ الصَّلَاةَ وَسَأَلَتِ اللَّهَ تَعَالَى التَّوْفِيقَ فَيُرْجَى أَنْ يَكُونَ ذَلِكَ سَبَبًا لِتَوْفِيقِهَا فِي زَوَاجِهَا
لَا تَبْتَدِئُ حَيَاتَهَا الزَّوْجِيَّةَ بِمَعْصِيَةٍ وَشَرْطُ الْوَقْتِ هُوَ آكَدُ شُرُوطِ الصَّلَاةِ
وَقَدْ تَسْقُطُ كَثِيرٌ مِنَ الشُّرُوطِ وَالْأَرْكَانِ وَالْوَاجِبَاتِ مُرَاعَاةً لِشَرْطِ الْوَقْتِ وَلَا يَجُوزُ الْجَمْعُ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَمُجَرَّدُ زِينَةِ المَرْأَةِ فِي يَوْمِ زَوَاجِهَا لَا يُعْتَبَرُ عُذْرًا
عَلَى أَنَّهُ يُمْكِنُ فِي يَوْمِ زَوَاجِهَا قَبْلَ وَضْعِ الزِّينَةِ أَنْ تَتَوَضَّأَ وَتَحْتَفِظَ بِطَهَارَتِهَا وَبَعْدَ غُرُوبِ الشَّمْسِ مُبَاشَرَةً تُصَلِّي صَلَاةَ الْمَغْرِبِ
وَأَمَّا صَلَاةُ الْعِشَاءِ فَوَقْتُهَا وَاسِعٌ وَوَقْتُهَا الضَّرُورِيُّ يَمْتَدُّ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ وَيُمْكِنُ أَنْ تُصَلِّيَ فِي أَيِّ وَقْتٍ يَعْنِي يُمْكِنُ أَنَّنَا نَقُولُ إِنَّ الْآنَ تُصَلِّي حَتَّى فِي الْوَقْتِ الضَّرُورِيِّ إِذَا احْتَاجَتْ لِذَلِكَ فِي هَذِهِ الْحَالِ
لَكِنْ أَنَّهَا تَجْمَعُ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فَهَذَا لَا يُعْتَبَرُ مُسَوِّغًا لَهَا لَيْسَ هَذَا بِمُسَوِّغٍ لِلْجَمْعِ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ